MAKALAH
KEINDAHAN DALAM SENI
DAN
ESTETIKA KLASIK BARAT
DISUSUN
OLEH:
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK 4/3F:
1. ARYA
PANDU
2. INDAH
SRI PURWATI
3. INTAN
NURLITA
4. DEWI
RAHMAWATI
5. IBNU
ATO’ILAH
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7
Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426
Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode
Pos 6622
KATA
PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta
nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan Seni Rupa SD ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan
makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan
dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini
dapat teratasi.
Makalah ini kami
susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya
mengenai pengertian keindahan dalam seni dan estetika klasik barat, seni adalah
Mimesis. Adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah
berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dan kajian
serta web-blog.
Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya
dan untuk para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah
maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik
dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan
makalah kami.
Tulungagung, Oktober 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pengertian
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang,
hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar
atau elok. Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara
satu dengan lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman), keindahan adalah sesuatu
yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury, pujangga Jerman), Keindahan
adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel Kant). Keindahan atau
keserasian diwujudkan dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan atau
keseimbangan. Ukuran segi panjang yang indah adalah 3 berbanding 5, perpaduan
kulit yang gelap dengan baju yang berwarna lembut adalah serasi, pertentangan
tinggi rendah atau keras lembutnya suara musik adalah indah dan keseimbangan
yang tercipta dari seorang yang bertubuh tinggi mengenakan baju bergaris
horisontal atau orang yang pendek mengenakan baju bergaris vertikal adalah
serasi.
Perdebatan mengenai hubungan seni dan
realitas telah berlangsung dari masa ke masa sejak zaman Plato. Ada tiga
golongan besar pendapat mengenai keterkaitan seni dan realitas: 1) seni
merupakan imitasi atau tiruan dari realitas; 2) seni merupakan penyempurnaan
dari realitas; 3) seni sama sekali terpisah dari realitas. sebelum membahas
mengenai perdebatan tersebut, terlebih dahulu penulis kemukakan mengenai
definisi dari seni dan realitas. Seni alias kunst, dalam kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert,
mempunyai pengertian hikmat,ilmu, pengetahuan, kepandaian, ketukangan.
Pengertian ini sesuai dengan kata art dalam
bahasa Inggris yang berarti skill in making or doing yang
ditulis dalam ‘Art an The Arts’, The World Book Encyclopedia. Seni di sini lebih
menunjuk kepada perbuatan atau ketrampilan, bukan pengetahuan (Sumarjo, 2000:
42). Pengertian seni seperti ini nampak sejalan dengan asal kata art dalam bahasa Yunani yaitu techne yang
berarti ketrampilan.
Istilah realitas diperkenalkan ke dalam filsafat pada abad ke 13,
oleh Duns Scotus, yang menggunakan istilah itu sebagai sinonim being (yang
–ada, pengada). Realitas mencakup baik apa yang bereksistensi maupun yang
bersubsistensi (misalnya kemungkinan-kemungkinan). Ada beberapa pengertian
realitas, dalam Kamus Filsafat oleh Lorens Bagus, antara lain: segala sesuatu
yang ada; jumlah seluruh semua yang ada; alam semesta; keadaan atau kualitas
sesuatu yang real, atau benar-benar ada, mencakup segala sesuatu yang ada
(Bagus,1996:937).
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian keindahan dalam seni?
2. Apa
pengertian estetika klasik barat, Seni adalah Mimesis?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian keindahan dalam seni.
2. Untuk
mengetahui pengertian estetika klasik barat seni adalah mimesis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keindahan dalam Seni
Pengertian Keindahan atau keelokan merupakan
sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman
persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik,
bagus benar atau elok. Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang
erat antara satu dengan lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman), keindahan adalah
sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury, pujangga Jerman),
Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel Kant). Keindahan
atau keserasian diwujudkan dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan atau
keseimbangan. Ukuran segi panjang yang indah adalah 3 berbanding 5, perpaduan
kulit yang gelap dengan baju yang berwarna lembut adalah serasi, pertentangan
tinggi rendah atau keras lembutnya suara musik adalah indah dan keseimbangan
yang tercipta dari seorang yang bertubuh tinggi mengenakan baju bergaris
horisontal atau orang yang pendek mengenakan baju bergaris vertikal adalah
serasi.
Keindahan berasal dari kata indah yang
artinya bagus, cantik, atau elok. Indah sama dengan “beauty” (bahasa Inggris),
“Beau” (bahasa Perancis) atau “Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat
diartikan secara artistik, terbatas, dan luas. Definisi Seni : Beberapa
definisi dan pengertian kata seni: Pengertian kata seni kita ambil dari
Inggris art, yang berakar pada kata Latin ars, yang berarti: "ketrampilan
yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau proses belajar". Dari
akar kata ini kemudian berkembang pengertian yang diberikan oleh kamus Webster
sebagai berikut: "penggunaan ketrampilan dan imajinasi secara kreatif
dalam menghasilkan benda-benda estetis." (Webster's Collegiate Dictionary,
1973, hal.63). Pengertian lain diambil dari bahasa Belanda kunst, yang
mempunyai definisi sebagai berikut: "suatu kesatuan secara struktural dari
elemen-elemen estetis, kwalitas-kwalitas teknis dan ekpresi simbolis, yang
mempunyai arti tersendiri dan tidak membutuhkan lagi pengesahan oleh
unsur-unsur luar untuk pernyataan dirinya".(Winkler Prins,
hal.427). Definisi seni Kamus Umum Bahasa Indonesia: Kecakapan
membuat (menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sesuatu karya
yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak,
lukisan, ukiran-ukiran dsb. Seni menurut media yang digunakan terbagi 3
yaitu :
1. Seni yang dapat dinikmati
melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni musik,seni
suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun
2. Seni yang dinikmati dengan
media penglihatan (Visual art)) misalnya lukisan, poster,seni
bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan
dan pendengaran (audio visual art) misalnya pertunjukan musik,
pagelaran wayang,film Keindahan dalam arti artistik disebut juga dengan
keindahan seni yang merupakan pengutaraan isi jiwa atau perasaan sang penciptanya.
Isi jiwa manusia dapat berbentuk rasa indah, rasa lucu (kosmis), rasa sedih
(tragis) rasa gaib (magic) dan sebagainya. Hasil karya seni mencerminkan isi
jiwa sang penciptanya dan mengungkapkan keindahan dalam arti artistik (seni).
Keindahan seni sendiri dapat disalurkan seperti lukisan, lagu, karya sastra,
dan masi banyak lagi penyaluran dari keindahan seni ini. Kita juga dapat
menciptakan sebuah keindahan seni melalui lukisan tentang keindahan alam, lalu
tarian yang gerakannya menunjukkan keindahan dan lagu yang merupakan perasaan,
pikiran kita.
Keindahan (beauty) merupakan
pengertian seni yang telah diwariskan oleh bangsa Yunani dahulu. Plato
misalnya, menyebut tentang watak yang indah dan hukuman yang indah. Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan. Plotinus
menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Bangsa Yunani juga
mengenal kata keindahan dalam arti estetis yang disebutnya
"symmetria" untuk keindahan visual, dan harmonia untuk
keindahan berdasarkan pendengaran (auditif). Jadi pengertian keindahan secara
luas meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
Herbert Read
-dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu
kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara
pencerapan-pencerapan inderawi kita. Thomas Aquinas merumuskan
keindahan sebagai suatu yang menyenangkan bila dilihat.
Kant secara
eksplisit menitikberatkan estetika kepada teori keindahan dan seni. Teori
keindahan adalah dua hal yang dapat dipelajari secara ilmiah maupun filsafati.
Di samping estetika sebagai filsafat dari keindahan, ada pendekatan ilmiah
tentang keindahan. Yang pertama menunjukkan identitas obyek
artistik, yang kedua obyek keindahan.
Ada dua teori
tentang keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan
obyektif, Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang
memandang. Keindahan obyektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat.
Definisi
keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni. Atau berarti seni tidak selalu
dibatasi oleh keindahan. Menurut kaum empiris dari jaman Barok, permasalahan
seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap karya seni. Perhatian terletak
pada penganalisisan terhadap rasa seni, rasa indah, dan rasa keluhuran
(keagungan). Reaksi atas intelektualisme pada akhir abad ke-19 yang dipelopori
oleh John Ruskin dan William Moris adalah mengembalikan peranan seni (ingat
kelahiran gerakan Bauhaus yang terlibat pada perkembangan seni dan industri di
Eropa).
Dari pandangan
tersebut jelas bahwa permasalahan seni dapat diselidiki dari tiga pendekatan
yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak menekankan pada
penganalisisan obyektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya subyektif
pencipta dan upaya subyektif dari apresiator.
Bila mengingat kembali
pandangan klasik (Yunani) tentang hubungan seni dan keindahan, maka kedua
pendapat ahli di bawah ini sangat mendukung hubungan tersebut; Sortais
menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan sebagai sifat obyektif dari
bentuk(l'esthetique est la science du beau). Lipps berpendapat bahwa
keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyetif atau pertimbangan
selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones).
B. Estetika
Klasik Barat: Seni adalah Mimesis
Estetika baru muncul pada abad (18)
kedelapan belas, dan sejarah yang mengenai hal-hal yang mengacu pada estetika
adalah setua sejarah etika, logika, metafisika, dan epistemology. Filusuf
Alexander Baumgarten-lah yang memperkenalkannya di tahun 1750, tapi perintis
pertamanya adalah sokrates (469-344 SM).
Estetika membahas tentang apa itu keindahan,
menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni, dan pengalaman seni, yakni
penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni.
Pemikiran tokoh-tokoh estetika pada masa
Yunani klasik, tokoh-tokoh yang di bahas adalah mulai dari Sokrates, Plato, dan
Aristoteles. Yang menarik dari tokoh-tokoh estetika ini adalah perbedaan sudut
pandang dan perspektif yang mencolok dari setiap pemikir. Ada yang terfokus
pada dunia Idea (Plato), dan ada yang terarah pada pengalaman dunia fisik
(Aristoteles).
Jika istilah estetika diartikan filsafat
keindahan, maka sejarah estetika berarti sejarah filsafat keindahan. Kalau kita
mencoba memberikan gambaran sejarah filsafat seni dengan perumpamaan pohon
filsafat, sebagaimana dikerjakan oleh Descrates dalam bukunya Principia
Philoshopine, maka kita harus menganggap filsafat Plato sebagai batang dari
segala akar estetika.
Ketiga orang besar diantara ahli filsafat
yunani yang meletakan fondamen pertama tentang estetika yaitu Sokrates, Plato
dan Aristoteles. Sokrates adalah perintis, Aristoteles adalah penerus Plato
yang terkenal dengan Dewa Estetika.
1.
Estetika Sokrates Fondamen
Sokrates yang meletakkan batu pertama dari estetika (sebelum nama ini diberi
nama). Dalam perdebatan antara sokrates dan Happias sokrates meminta ide
keindahan “gagasan umum” yang menyebutkan semua barang indah menjadi indah,
Sokrates tidak menanyakan apa yang bersifat indah.
Happias menambahkan bahwa sendokpun bisa
jadi indah, akan tetapi kita tidak dapat mengartikan sama cantiknya seperti
benda dan gadis dara. Sokrates member bumbu kepada perkataan Happias: “memang
Heraklatus pernah mengatakan bahwa kera yang tercantik, jika dibandingkan
dengan orang maka ia masih jelek. Demikian juga dengan gadis cantik, bukan
apa-apa kalau dibandingkan dengan bidadari dari sorga, sebagaimana orang yang
paling arif bijaksana, apabila dibandingkan dengan Tuhan, tentu masih tanpak
kera dalam segala hal. Akan tetapi kita kembali kepada: What the beautiful is.
Walaupun catatan yang diberikan oleh sokrates tidak sistematis,
estetika telah lahir ketika sokrates dapat menjawab pertanyaan Happias, dengan
perkataan kecantikan bukanlah sifat tertentu dari seribu barang, tetapi
dibelakang semua itu terdapat kecantikan itu tersendiri.
2.
Estetika Plato
Plato adalah filusuf pertama didunia barat
yang dalam seluruh karyanya mengemukakan pandangan yang meliputi hampir semua
pokok semua estetika. Pembahasannya tidak utuh dan merupakan suatu system
tersendiri, tetapi tersebar sebar dalam karyanya. Berikut ini kita mengumpulkan
dan meningkatkan pandangannya keindahan dan karya seni.
a.
Keindahan
Plato berpendapat bahwa untuk mengetahui
keindahan sesungguhnya, kita terlebih dahulu mengosongkan pikiran dan
membersihkan diri dari segala kesalahan dan kekurangan. Kita harus membuang
kesalahan dan dosa yang pernah terjadi dan mencoba kembali kedalam kesucian
jiwa kita.
Keindahan dapat dibagi menjadi dua yang
pertama tentang dunia idea, dan kedua dunia yang nyata. Pandangan yang pertama,
secara mengesankan dan dengan bahasa yang sangat indah, ia kemukakan dalam
wawancara semposium sebagi pendirian Socrates. Socrates mengatakan bahwa ajaran
itu diterima dari seorang dewata bernama Diotima yang berasal dari Mantineia
(dalam terjemahan inggris nama dewata itu adalah “fear the lord from
prophetveille”, sesuai dengan sindiran yang termuat dalam bahasa yunani).
Menurut pandangan itu, yang indah adalah benda yang material, umpamanya tubuh
manusia, yang tampak pada saya. Kalau selanjutnya saya melihat beberapa orang
seperti itu, pengalaman akan keindahan meningkat. Lebih jauh lagi manusia
merasa diajak untuk ingat pada yang lebih indah daripada tubuh, yaitu jiwa lama
kelamaan, socrtaes mengajak pendengar untuk maju terus sampai pada idea yang
indah. Itulah yang paling indah, sumber segala keindahan. Semua keindahan lain
haknya ikut ambil pada yang indah dalam dunia idea itu, sama halnya seperti
idea kebenaran, kebaikan, ataupun segitiga.
Pandangan plato yang pertama didasarkan pada
ajaran tentang idea ini, yakni “teori dua dunia”. Dua dunia tersebut adalah
‘dunia idea’ (dunia atas) dan “dunia sehari-hari” (dunia bawah). Menurut plato
dunia bawah merupakan tiruan dari dunia atas. Dunia atas digambarkan sebagai
dunia idea, yaitu: dunia kebenaran absolute, sejati, dunia rohani, pengetahuan
sejati (episteme). Sedangkan dunia bawah adalah dunia yang relative,
sehari-hari, fana, kebenaran relative, tiruan, dan hanya merupakan ‘pendapat’.
Pandangan kedua, dikemukakan plato dalam salah satu dialognya yang terkenal,
yakni phiilebus. Disini dinyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan
adalah yang paling sederhana. Yang dimaksud sederhana adalah bentuk dan ukuran
yang tidak dapat diberi batasan yang lebih sederhana lagi. Pada pandangan
pertama, yang indah itu dilepaskan dari pengalaman jasmani. Keindahan dalam
pengertian hidup sehari-hari adalah tingkat dua saja. Keindahan sesungguhnya
hanya ada di dunia idea, sedangkan pandanagn plato yang kedua, yang indah itu
tidak dilepaskan dari pengalaman inderawi yang membangun pengalaman estetis dan
keindahan dalam pengertian sehari-hari.
Pandangan yang kedua ada dalam Philebus.
Disana dinyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang
paling sederhana, umpamanya nada yang paling sederhana, warna yang sederhana.
Yang dimaksud dengan ‘sederhana’ ialah bentuk dan ukuran yang tidak dapat
diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang lebih sederhana lagi. Oleh
karena itu keindahan bersifat terpilah-pilah baik dalam alam maupun dalam karya
seni.
Pandangan plato yang kedua ini mempunyai
keistimewaan karena tidak melepaskan diri dari pengalaman inderawi yang
merupakan unsure konstitutif dari pengalaman estetis dan keindahan dalam
pengertian sehari-hari.
Bagaimana hubungan antara dunia atas dan
dunia bawah? Menurut plato, antara dunia atas dan bawah terdapat hubungan
timbal balik. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui tiga kata kunci:
1.
Paradigma: dunia atas menjadi
contoh, prototype, pola, bagi dunia bawah.
2.
Hadir pada: dunia atas selalu
hadir pada (presence) dunia bawah.
3).
Partisipasi: dunia bawah mengambil bagian (berpartisipasi) di dunia atas.
b.
Karya Seni.
Plato menyatakan sikapnya terhadap karya
seni, terutama dalam karyanya yang terbesar yaitu politea (republik). Dalam
penilaiannya ada dua unsur: yang satu teoritis dan kedua praktis.
Unsur teoritis menyatakan bahwa: segala
kenyataan yang ada di dunia ini merupakan tiruan (mimesis) dari yang asli yang
terdapat di dunia idea dan jauh lebih unggul daripada kenyataan di dunia ini.
Karya seni merupakan tiruan dari (mimesis memeseos). Oleh karena itu plato
menilai rendah karya seni. Tafsiran plato tentang karya seni sebgai tiruan dari
kenyataan yang ada di dunia ini tidak hanya jauh dari pandanagn karya seni
dewasa ini, tetapi sudah pada jaman plato dan dalam karyanya sendiri mengalami
kesulitan, mungkin karya seni rupa dan sebagian karya sastra, bisa ditafsirkan
sebagai tiruan dari kenyataan, tetapi karya seni music amat sulit di tafsirkan.
Jadi menurut plato, karya seni adalah tiruan
dari kenyataan yang ada di dunia ini (kecuali music), jadi jauh dari kebenaran
sejati. Itulah sebabnya kemapa ia menyebut karya seni sebagai tiruan dari
(mimesis memeseos). Plato memiliki dua kebertan terhadap karya seni. Pertama,
karena karya seni menirukan sesuatu di dunia ini, yang sebenarnya sudah
merupakan tiruan dari dunia idea. Jadi, karya seni adalah tiruan dari tiruan
artinya tiruan dua tingkat. Itulah sebabnya mengapa menurut Plato, seni tidak
baik untuk dijadikan sebagai sumber pengetahuan.
Bagi plato, hanya filsafatlah yang pantas
menjadi sumber pengetahuan, kebijakan dan moral.
Keberatan plato terhadap seni terkait dengan
pengaruh buruk seni terhadap masarakat. Seni memberi pengaruh bagi penonton dan
masarakat. Mengapa? Karena, hakikat seni bersifat emosional. Plato menantang
karya sastra dan drama, karena dalam drama banyak terdapat adegan adegan yang
kurang baik dipertontonkan dan akan menjauhkan warga Negara dari tugasnya
membangun Negara. Baginya, pusi itu prosesnya irasional dan kurang control
terhadap akal, sehingga akan member pengaruh buruk pada penontonnya.
3.
Estetika Aristoteles
Sebagai murid plato, Aristoteles
mengemukakan beberapa pandangan yang mirip dengan ajaran sang guru, tetapi
sudut pandangnya berbeda. Mengapa? Karena Aristoteles menolak dunia idea Plato
sebagai sumber pengetahuan. Sumbangan utama Aristoteles bagi estetika diuraikan
dalam buku Poetika (poetics).
a)
Keindahan
Pandangan Aristoteles tentang keindahan agak
dekat dengan pandangan kedua dari plato: keindahan menyangkut keseimbangan dan
keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini, menurut Aristoteles
menyangkut benda-benda alam maupun untuk karya seni buatan manusia.[9]
b)
Karya Seni.
Pandangan Aristoteles tentang ini mirip
dengan Plato: karya seni adalah sebuah tiruan (imitasi), yakni tiruan dari
dunia alamiah dan dunia manusia. Bagi Aristoteles, seni tidak hanya tiruan dari
benda yang ada dari alam, tetapi lebih sebagai tieuan dari sesuatu yang
universal. Aristoteles tidak setuju dengan penilaian negative Plato atas karya
seni, karena dia berpendapat bahwa bentuk-bentuk (form) tidak terpisah dari
dunia inderawi, karenanya dia tidak memiliki keberatan terhadap dunia inderawi
dan seni yang meniru dunia inderawi. Maksud ini sudah jelas, karena pertam-tama
minat aristoteles bukan seni rupa melainkan seni drama dan musik.
Aristoteles cukup panjang lebar memeriksa
dan memerinci segala syarat yang harus dipenuhi agar suatu tragedi menjadi karya
seni yang sempurna. Yang sangat diperhatikan adalah pandangan pokok Aristoteles
yang mendasari syarat-syarat itu, yaitu pandangannya tentang “khatarsis”
artinya pemurnian, yang diasalkan dari kata “khatarus” artinya murni atau
bersih. Menurut Aristoteles, khatarsis adalah puncak dan tujuan karya seni
drama dalam bentuk tragedi. Segala peristiwa, pertemuan, wawancara,
keberhasilan, dan kegagalan serta kekecewaan harus di susun dan dipentaskan
sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak logis,
tetapi juga seolah-olah tak terduga. Pada saat itulah khatarsis terjadi secara
tiba-tiba: seakan-akan segala masalah dan kejadian yang muncul bertimbun dalam
peran-peran utama dan dalam diri penonton tiba-tiba pecah atau mencair, tak
jarang in terjadi secara mengharukan.
Teori khatarsis Aristoteles ini sangat
berpengaruh dalam filsafat seni, terutama dalam teori drama. Biasanya khatarsis
diharapkan terjadi pada diri penonton dan kemudian dibawanya pulang sebagai
pemahaman yang lebih mendalam tentang manusia, sebagai pembebasan batin sebagai
pengalaman penderitaan. Dengan demikian, khatarsis ini memiliki makna
“terapeutik”, bahkan sering sekali terdapat unsure penyesalan dan perubahan,
semacam pencerahan atau pertobatan dalam pengalaman religius.
Plato
menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai
suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki
keteraturan dan proporsi yang tepat.
Aristoteles
memandang estetika sebagai "the poetics" yang terutama merupakan
kontribusi terhadap teori sastra daripada teori estetika. Sebenarnya secara
prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama yaitu membuat konklusi bahwa
seni merupakan proses produktif meniru alam. Aristoteles juga mengembangkan
teori "chatarsis" sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat
Plato. Chatarsis, dalam bentuk kata Indonesia "katarsis" adalah
penyucian emosi-emosi menakutkan, menyedihkan dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
·
Keindahan berasal dari kata indah yang
artinya bagus, cantik, atau elok. Indah sama dengan “beauty” (bahasa Inggris),
“Beau” (bahasa Perancis) atau “Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat
diartikan secara artistik, terbatas, dan luas. Kesimpulan Pengertian kata seni
yang berarti: "ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan
atau proses belajar yang menghasilkan karya yang indah". Sesuatu karya
yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak,
lukisan, ukiran-ukiran dsb.
·
Keindahan merupakan jalan
menuju kontemplasi. Pandangan ini Nampak dalam pemikiran Socrates, Plato, dan
Aristoteles. Keindahan itu sendiri di anggap ada di luar dan subyek, biasanya
dengan penekanan bahwa keindahan itu ada di “seberang’. Perhatian akan apa yang
secara empiris terjadi didalam diri si subyek termuat dalam pandangan
Aristoteles, yang kedua-duanya menyajikan penyelidikan terhadap pengalaman
manusia secara aposteriori-empiris.
B.
KRITIK
DAN SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
kehidupan.html
(di unduh tanggal 30 September 2015)
https://philosophyangkringan.wordpress.com/2012/01/16/seni-dan
-realitas/ (di unduh tanggal 30 September 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar