Minggu, 08 November 2015

MEMBUAT BATIK SEDERHANA

Cara Membuat Batik Sederhana

Bahan dan alat

lilin, krayon, pewarna, kertas, kuas sederhana, tempat air/pewarna, dan koran bekas.

Prosedur pengerjaannya:

  1. Membuat kuas sederhana dari kapas dengan lidi atau tusuk sate sebagai tangkainya. Kuas itu dibuat dengan cara melilitkan sejumlah kapas pada salah satu ujung lidi atau tusuk sate, besarnya kurang lebih sebesar ibu jari orang dewasa. Supaya tidak lepas, ujung lilitan kapas diikat dengan tali atau benang. Buat 3 buah kuas.
  2. Menyiapkan pewarna. Pewarna yang dapat digunakan pada kegiatan membatik sederhana ini ada yang tergolong pada pewarna buatan dan pewarna alam. Yang termasuk pewarna buatan di antaranya: cat air, ontan/sepuhan (berbentuk serbuk), pewarna kue cair. Kunyit, daun suji, buah ganola, gambir adalah sebagian dari bahan pewarna alam.
  3. Bila sudah ditentukan pewarna mana yang akan digunakan,buatlah larutan nya pada tempat pewarna yang sudah disediakan. Usahakan larutan pewarna tersebut tidak terlalu encer. Siapkan beberapa macam warna, hal ini akan diperlukan bila akan membuat gambar yang memiliki banyak warna atau membuat campuran warna.
  4. Membuat gambar. Buatlah gambar dengan lilin di atas kertas yang sudah disediakan. Kertas yang digunakan diantaranya: kertas gambar, kertas hvs, stensil. Tentu saja gambar tidak akan kelihatan.
  5. Memunculkan gambar batik. Letakkan kertas yang sudah digambari di atas kertas koran. Pulaslah kertas tersebut dengan kuas sederhana yang terlebih dahulu dicelupkan pada larutan pewarna. Pemulasan dapat hanya dengan satu warna, bisa pula beberapa warna bergantung pada pilihan. Bila pada saat menggambar menggunakan lilin penerangan yang berwarna putih, maka garis-garis gambar akan berwarna putih. Apabila dikehendaki garis-garis gambar berwarna, pada saat menggambari kertas harus menggunakan krayon berwarna.

MAKALAH KOLASE DAN MONTASE

MAKALAH
KOLASE DAN MONTASE

DISUSUN OLEH:
NAMA ANGGOTA KELOMPOK  4/3F:
1.     ARYA PANDU W.
2.     INDAH SRI PURWATI
3.     INTAN NURLITA
4.     DEWI  RAHMAWATI
5.     IBNU ATO’ILAH

STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7 Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426 Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode Pos 6622

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Seni Rupa SD ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya mengenai Kolase dan Montase. Adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dan kajian serta web-blog.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami.


Tulungagung,   Oktober 2015


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan, seperti kertas, kain, kaca, logam, kayu, dan lainnya yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan berbagai macam paduan bahan
Seni kolase berlawanan sifatnya dengan seni lukis, pahat atau cetak dimana karya yang dihasilkan tidak lagi memperlihatkan bentuk asal material yang dipakai. Pada seni lukis, misalnya, dari kanvas putih menjadi lukisan yang berwarna-warni. Dalam seni kolase bentuk asli dari material yang digunakan harus tetap terlihat. Jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potongan-potongan foto, material tersebut harus masih dapat dikenali bentuk aslinya walau sudah dirakit menjadi satu kesatuan.
Karya montase dihasilkan dari mengeposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Gambar rumah dari majalah kemudian dipotong yang hanya diambil gambar rumahnya saja kemudian ditempelkan pada permukaan alas gambar. Ini merupakan salah satu contoh sederhana dari karya montase.
Montase dua dimensi dianggap seperti karya lukisan karena materialnya terdiri dari gmbar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong lalu dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya ilustrasi. Montase disamping dibuat dua dimensi juga tiga dimensi, montase tiga dimensi berbentuk setting.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat kolase?
2.      Bagaimana cara membuat Kolase?
3.      Apa saja bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat montase?
4.      Bagaimana cara membuat Montase?
                          


C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat kolase.
2.      Untuk mengetahui cara membuat Kolase.Untuk mengetahui bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat montase.
3.      Untuk mengetahui cara membuat Montase.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kolase
Pengertian kolase: Seni lukis Kolase adalah sebuah cabang dari seni rupa yang meliputi kegiatan menempel potongan-potongan kecil berbagai macam benda seperti potongan kertas, kain, kaca logam atau kain yang  direkatkan pada suatu permukaan sehingga membentuk sebuah desain atau rancangan tertentu.
Ada yang berpendapat bahwa, seni lukis kolase adalah kreasi aplikasi yang di buat dengan menggabungkan teknik melukis dan menempel (sumanto). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Seni lukis kolase adalah melukis dengan cara menempel atau melekat(Tim Bima Guru). Dengan kata lain, kolase adalah suatu karya seni rekat-merekat.
Dalam seni lukis kolase bentuk asli dari material yang digunakan harus tetap terlihat, jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potongan-potongan foto, benda bekas, material tersebut harus masih dapat dikenali bentuk aslinya walau sudah dirakit menjadi satu kesatuan.
Seni kolase berlawanan sifatnya dengan seni lukis, pahat atau cetak dimana karya yang dihasilkan tidak lagi memperlihatkan bentuk asal material yang dipakai. Pada seni lukis, misalnya, dari kanvas putih menjadi lukisan yang berwarna-warni. Dalam seni kolase bentuk asli dari material yang digunakan harus tetap terlihat. Jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potongan-potongan foto, material tersebut harus masih dapat dikenali bentuk aslinya walau sudah dirakit menjadi satu kesatuan.

Bahan dan alat yang diperlukan:
Kertas gambar, kertas warna, kertas limbah, bahan alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter.

Prosedur pengerjaan:
(a)    Buatlah rancangan/gambar yang akan diselesaikan dengan kolase pada kertas gambar yang disediakan.
(b)   Jiplakkan bentuk/gambar pada warna sesuai pilihan, potong/gunting secermat mungkin. Kemudian tempelkan bentuk/gambar tersebut menggunakan lem pada tempat yang sudah dirancang tadi. Warna yang digunakan dapat diambil dari kertas warna, potongan kain, limbah percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).
Karya Kolase (tempelan kertas warna)



B.     Montase
Pengertian Montase, menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu komposisi gambar-gambar  yang dihasilkan dari percampuran unsur dari beberapa sumber.  Pada perkembangannya montase yang semula terbatas pada karya dua dimensi sekarang telah merambah kepada karya tiga dimensi. Karya montase ini juga kurang dikenal oleh kalangan umum, karena bentuk karyanya masih mempunyai kemiripan dengan seni lukis, seni kriya, seni patung. Sehingga jenis karya ini dianggap sebagai salah satu dari jenis karya tersebut.
Karya montase dihasilkan dari mengeposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Gambar rumah dari majalah kemudian dipotong yang hanya diambil gambar rumahnya saja kemudian ditempelkan pada permukaan alas gambar. Ini merupakan salah satu contoh sederhana dari karya montase.
Montase dua dimensi dianggap seperti karya lukisan karena materialnya terdiri dari gmbar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong lalu dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya ilustrasi. Montase disamping dibuat dua dimensi juga tiga dimensi, montase tiga dimensi berbentuk setting.

Fungsi Montase:
Sedangkan fungsi dari Montase, sebagai berikut:
1.      Fungsi praktis , yaitu fungsi pada benda sehari – hari, karya tersebut dapat digunakan sebagai bahan dekorasi.
2.      Fungsi edukatif ,yaitu dapat membantu mengembangkan daya pikir, daya serap, emosi, estetika, dan kreativitas
3.      Fungsi ekspresi, yaitu dengan menggunakan berbagai bahan dan tekstur dapat membantu melejitkan ekspresi.
4.      Fungsi psikhologis, yaitu dengan menuangkan ide, emosi yang menimbulkan rasa puas dan kesenangan sehingga dapat mengurangi beban psikhologis.
5.      Fungsi sosial, yaitu dapat menyediakan lapangan pekerjaan dengan banyaknya karya yang dimiliki diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan modal kreativitas.

Bahan dan alat yang diperlukan:
gambar dari majalah/koran/kalender bekas, atau reproduksi potret, gunting, cutter, lem.

Prosedur pengerjaan:
1)      Potonglah gambar-gambar atau reproduksi potret dari majalah, poster, kalender atau lainnya mengikuti kontur gambar/potret tersebut. Gambar yang dipotong mungkin hanya bagian tertentu saja.
2)      Susunlah hasil guntingan tadi berdasarkan kreasi masing-masing, pada kertas gambar yang sudah disediakan. Susunan gambar tadi akan menghasilkan suatu susunan bentuk yang baru, dan kadang-kadang aneh, lucu, dan fantastik. Penyusunannya menggunakan lem.
3)      Untuk memberikan kesan gambar yang artistik dan fantastik, gambar montase ini bisa dilengkapi dengan goresan spidol warna, atau pulasan cat air pada bagian tertentu yang dianggap perlu.
Karya Montase (media: Kertas warna, kelender/majalah bekas, lem, gunting)



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan, seperti kertas, kain, kaca, logam, kayu, dan lainnya yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan berbagai macam paduan bahan. Selama bahan tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar, akan menjadi karya seni kolase yang dapat mewakili persaan estetis orang yang membuatnya.
Seni kolase berlawanan sifatnya dengan seni lukis, pahat atau cetak dimana karya yang dihasilkan tidak lagi memperlihatkan bentuk asal material yang dipakai. Pada seni lukis, misalnya, dari kanvas putih menjadi lukisan yang berwarna-warni. Dalam seni kolase bentuk asli dari material yang digunakan harus tetap terlihat. Jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potongan-potongan foto, material tersebut harus masih dapat dikenali bentuk aslinya walau sudah dirakit menjadi satu kesatuan.
Pengertian Montase, menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu komposisi gambar-gambar  yang dihasilkan dari percampuran unsur dari beberapa sumber.  Pada perkembangannya montase yang semula terbatas pada karya dua dimensi sekarang telah merambah kepada karya tiga dimensi. Karya montase ini juga kurang dikenal oleh kalangan umum, karena bentuk karyanya masih mempunyai kemiripan dengan seni lukis, seni kriya, seni patung. Sehingga jenis karya ini dianggap sebagai salah satu dari jenis karya tersebut.
Montase dua dimensi dianggap seperti karya lukisan karena materialnya terdiri dari gmbar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong lalu dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya ilustrasi. Montase disamping dibuat dua dimensi juga tiga dimensi, montase tiga dimensi berbentuk setting.

B.     KRITIK DAN SARAN




DAFTAR PUSTAKA


MAKALAH KEINDAHAN DALAM SENI DAN ESTETIKA KLASIK BARAT

MAKALAH
KEINDAHAN DALAM SENI
DAN
ESTETIKA KLASIK BARAT
DISUSUN OLEH:
NAMA ANGGOTA KELOMPOK  4/3F:
1.      ARYA PANDU
2.      INDAH SRI PURWATI
3.      INTAN NURLITA
4.      DEWI RAHMAWATI
5.      IBNU ATO’ILAH

STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7 Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426 Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode Pos 6622
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Seni Rupa SD ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya mengenai pengertian keindahan dalam seni dan estetika klasik barat, seni adalah Mimesis. Adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dan kajian serta web-blog.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami.


Tulungagung,   Oktober 2015


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pengertian Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman), keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury, pujangga Jerman), Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel Kant). Keindahan atau keserasian diwujudkan dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan atau keseimbangan. Ukuran segi panjang yang indah adalah 3 berbanding 5, perpaduan kulit yang gelap dengan baju yang berwarna lembut adalah serasi, pertentangan tinggi rendah atau keras lembutnya suara musik adalah indah dan keseimbangan yang tercipta dari seorang yang bertubuh tinggi mengenakan baju bergaris horisontal atau orang yang pendek mengenakan baju bergaris vertikal adalah serasi.
Perdebatan mengenai hubungan seni dan realitas telah berlangsung dari masa ke masa sejak zaman Plato. Ada tiga golongan besar pendapat mengenai keterkaitan seni dan realitas: 1) seni merupakan imitasi atau tiruan dari realitas; 2) seni merupakan penyempurnaan dari realitas; 3) seni sama sekali terpisah dari realitas. sebelum membahas mengenai perdebatan tersebut, terlebih dahulu penulis kemukakan mengenai definisi dari seni dan realitas. Seni alias kunst, dalam kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert, mempunyai pengertian hikmat,ilmu, pengetahuan, kepandaian, ketukangan. Pengertian ini sesuai dengan kata art dalam bahasa Inggris yang berarti skill in making or doing yang ditulis dalam ‘Art an The Arts’, The World Book Encyclopedia. Seni di sini lebih menunjuk kepada perbuatan atau ketrampilan, bukan pengetahuan (Sumarjo, 2000: 42). Pengertian seni seperti ini nampak sejalan dengan asal kata art dalam bahasa Yunani yaitu techne yang berarti ketrampilan.
Istilah realitas diperkenalkan ke dalam filsafat pada abad ke 13, oleh Duns Scotus, yang menggunakan istilah itu sebagai sinonim being (yang –ada, pengada). Realitas mencakup baik apa yang bereksistensi maupun yang bersubsistensi (misalnya kemungkinan-kemungkinan). Ada beberapa pengertian realitas, dalam Kamus Filsafat oleh Lorens Bagus, antara lain: segala sesuatu yang ada; jumlah seluruh semua yang ada; alam semesta; keadaan atau kualitas sesuatu yang real, atau benar-benar ada, mencakup segala sesuatu yang ada (Bagus,1996:937).
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian keindahan dalam seni?
2.      Apa pengertian estetika klasik barat, Seni adalah Mimesis?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian keindahan dalam seni.
2.      Untuk mengetahui pengertian estetika klasik barat seni adalah mimesis.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keindahan dalam Seni
Pengertian Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan adalah susunan yang teratur dari bagian yang erat antara satu dengan lainnya (Baumgarten, pujangga Jerman), keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis (Shaftesbury, pujangga Jerman), Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya (Emmanuel Kant). Keindahan atau keserasian diwujudkan dalam bentuk ukuran, perpaduan, pertentangan atau keseimbangan. Ukuran segi panjang yang indah adalah 3 berbanding 5, perpaduan kulit yang gelap dengan baju yang berwarna lembut adalah serasi, pertentangan tinggi rendah atau keras lembutnya suara musik adalah indah dan keseimbangan yang tercipta dari seorang yang bertubuh tinggi mengenakan baju bergaris horisontal atau orang yang pendek mengenakan baju bergaris vertikal adalah serasi.
Keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, atau elok. Indah sama dengan “beauty” (bahasa Inggris), “Beau” (bahasa Perancis) atau “Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat diartikan secara artistik, terbatas, dan luas. Definisi Seni : Beberapa definisi dan pengertian kata seni: Pengertian kata seni kita ambil dari Inggris art, yang berakar pada kata Latin ars, yang berarti: "ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau proses belajar". Dari akar kata ini kemudian berkembang pengertian yang diberikan oleh kamus Webster sebagai berikut: "penggunaan ketrampilan dan imajinasi secara kreatif dalam menghasilkan benda-benda estetis." (Webster's Collegiate Dictionary, 1973, hal.63). Pengertian lain diambil dari bahasa Belanda kunst, yang mempunyai definisi sebagai berikut: "suatu kesatuan secara struktural dari elemen-elemen estetis, kwalitas-kwalitas teknis dan ekpresi simbolis, yang mempunyai arti tersendiri dan tidak membutuhkan lagi pengesahan oleh unsur-unsur luar untuk pernyataan dirinya".(Winkler Prins, hal.427). Definisi seni Kamus Umum Bahasa Indonesia: Kecakapan membuat (menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sesuatu karya yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, ukiran-ukiran dsb.  Seni menurut media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
1.      Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni musik,seni suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun
2.      Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art)) misalnya lukisan, poster,seni bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
3.       Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art) misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang,film Keindahan dalam arti artistik disebut juga dengan keindahan seni yang merupakan pengutaraan isi jiwa atau perasaan sang penciptanya. Isi jiwa manusia dapat berbentuk rasa indah, rasa lucu (kosmis), rasa sedih (tragis) rasa gaib (magic) dan sebagainya. Hasil karya seni mencerminkan isi jiwa sang penciptanya dan mengungkapkan keindahan dalam arti artistik (seni). Keindahan seni sendiri dapat disalurkan seperti lukisan, lagu, karya sastra, dan masi banyak lagi penyaluran dari keindahan seni ini. Kita juga dapat menciptakan sebuah keindahan seni melalui lukisan tentang keindahan alam, lalu tarian yang gerakannya menunjukkan keindahan dan lagu yang merupakan perasaan, pikiran kita.
Keindahan (beauty) merupakan pengertian seni yang telah diwariskan oleh bangsa Yunani dahulu. Plato misalnya, menyebut tentang watak yang indah dan hukuman yang indah. Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Bangsa Yunani juga mengenal kata keindahan dalam arti estetis yang disebutnya "symmetria" untuk keindahan visual, dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (auditif). Jadi pengertian keindahan secara luas meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
Herbert Read -dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita. Thomas Aquinas merumuskan keindahan sebagai suatu yang menyenangkan bila dilihat.
Kant secara eksplisit menitikberatkan estetika kepada teori keindahan dan seni. Teori keindahan adalah dua hal yang dapat dipelajari secara ilmiah maupun filsafati. Di samping estetika sebagai filsafat dari keindahan, ada pendekatan ilmiah tentang keindahan. Yang pertama menunjukkan identitas obyek artistik, yang kedua obyek keindahan.
Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan obyektif, Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang. Keindahan obyektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat.
Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni. Atau berarti seni tidak selalu dibatasi oleh keindahan. Menurut kaum empiris dari jaman Barok, permasalahan seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap karya seni. Perhatian terletak pada penganalisisan terhadap rasa seni, rasa indah, dan rasa keluhuran (keagungan). Reaksi atas intelektualisme pada akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh John Ruskin dan William Moris adalah mengembalikan peranan seni (ingat kelahiran gerakan Bauhaus yang terlibat pada perkembangan seni dan industri di Eropa).
Dari pandangan tersebut jelas bahwa permasalahan seni dapat diselidiki dari tiga pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak menekankan pada penganalisisan obyektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya subyektif pencipta dan upaya subyektif dari apresiator.
Bila mengingat kembali pandangan klasik (Yunani) tentang hubungan seni dan keindahan, maka kedua pendapat ahli di bawah ini sangat mendukung hubungan tersebut; Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan sebagai sifat obyektif dari bentuk(l'esthetique est la science du beau). Lipps berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyetif atau pertimbangan selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones).



B.     Estetika Klasik Barat: Seni adalah Mimesis
Estetika baru muncul pada abad (18) kedelapan belas, dan sejarah yang mengenai hal-hal yang mengacu pada estetika adalah setua sejarah etika, logika, metafisika, dan epistemology. Filusuf Alexander Baumgarten-lah yang memperkenalkannya di tahun 1750, tapi perintis pertamanya adalah sokrates (469-344 SM).
Estetika membahas tentang apa itu keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni, dan pengalaman seni, yakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni.
Pemikiran tokoh-tokoh estetika pada masa Yunani klasik, tokoh-tokoh yang di bahas adalah mulai dari Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Yang menarik dari tokoh-tokoh estetika ini adalah perbedaan sudut pandang dan perspektif yang mencolok dari setiap pemikir. Ada yang terfokus pada dunia Idea (Plato), dan ada yang terarah pada pengalaman dunia fisik (Aristoteles).
Jika istilah estetika diartikan filsafat keindahan, maka sejarah estetika berarti sejarah filsafat keindahan. Kalau kita mencoba memberikan gambaran sejarah filsafat seni dengan perumpamaan pohon filsafat, sebagaimana dikerjakan oleh Descrates dalam bukunya Principia Philoshopine, maka kita harus menganggap filsafat Plato sebagai batang dari segala akar estetika.
Ketiga orang besar diantara ahli filsafat yunani yang meletakan fondamen pertama tentang estetika yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah perintis, Aristoteles adalah penerus Plato yang terkenal dengan Dewa Estetika.
1.      Estetika Sokrates Fondamen Sokrates yang meletakkan batu pertama dari estetika (sebelum nama ini diberi nama). Dalam perdebatan antara sokrates dan Happias sokrates meminta ide keindahan “gagasan umum” yang menyebutkan semua barang indah menjadi indah, Sokrates tidak menanyakan apa yang bersifat indah.
Happias menambahkan bahwa sendokpun bisa jadi indah, akan tetapi kita tidak dapat mengartikan sama cantiknya seperti benda dan gadis dara. Sokrates member bumbu kepada perkataan Happias: “memang Heraklatus pernah mengatakan bahwa kera yang tercantik, jika dibandingkan dengan orang maka ia masih jelek. Demikian juga dengan gadis cantik, bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan bidadari dari sorga, sebagaimana orang yang paling arif bijaksana, apabila dibandingkan dengan Tuhan, tentu masih tanpak kera dalam segala hal. Akan tetapi kita kembali kepada: What the beautiful is.
Walaupun catatan yang diberikan oleh sokrates tidak sistematis, estetika telah lahir ketika sokrates dapat menjawab pertanyaan Happias, dengan perkataan kecantikan bukanlah sifat tertentu dari seribu barang, tetapi dibelakang semua itu terdapat kecantikan itu tersendiri.
2.      Estetika Plato
Plato adalah filusuf pertama didunia barat yang dalam seluruh karyanya mengemukakan pandangan yang meliputi hampir semua pokok semua estetika. Pembahasannya tidak utuh dan merupakan suatu system tersendiri, tetapi tersebar sebar dalam karyanya. Berikut ini kita mengumpulkan dan meningkatkan pandangannya keindahan dan karya seni.
a.       Keindahan
Plato berpendapat bahwa untuk mengetahui keindahan sesungguhnya, kita terlebih dahulu mengosongkan pikiran dan membersihkan diri dari segala kesalahan dan kekurangan. Kita harus membuang kesalahan dan dosa yang pernah terjadi dan mencoba kembali kedalam kesucian jiwa kita.
Keindahan dapat dibagi menjadi dua yang pertama tentang dunia idea, dan kedua dunia yang nyata. Pandangan yang pertama, secara mengesankan dan dengan bahasa yang sangat indah, ia kemukakan dalam wawancara semposium sebagi pendirian Socrates. Socrates mengatakan bahwa ajaran itu diterima dari seorang dewata bernama Diotima yang berasal dari Mantineia (dalam terjemahan inggris nama dewata itu adalah “fear the lord from prophetveille”, sesuai dengan sindiran yang termuat dalam bahasa yunani). Menurut pandangan itu, yang indah adalah benda yang material, umpamanya tubuh manusia, yang tampak pada saya. Kalau selanjutnya saya melihat beberapa orang seperti itu, pengalaman akan keindahan meningkat. Lebih jauh lagi manusia merasa diajak untuk ingat pada yang lebih indah daripada tubuh, yaitu jiwa lama kelamaan, socrtaes mengajak pendengar untuk maju terus sampai pada idea yang indah. Itulah yang paling indah, sumber segala keindahan. Semua keindahan lain haknya ikut ambil pada yang indah dalam dunia idea itu, sama halnya seperti idea kebenaran, kebaikan, ataupun segitiga.
Pandangan plato yang pertama didasarkan pada ajaran tentang idea ini, yakni “teori dua dunia”. Dua dunia tersebut adalah ‘dunia idea’ (dunia atas) dan “dunia sehari-hari” (dunia bawah). Menurut plato dunia bawah merupakan tiruan dari dunia atas. Dunia atas digambarkan sebagai dunia idea, yaitu: dunia kebenaran absolute, sejati, dunia rohani, pengetahuan sejati (episteme). Sedangkan dunia bawah adalah dunia yang relative, sehari-hari, fana, kebenaran relative, tiruan, dan hanya merupakan ‘pendapat’. Pandangan kedua, dikemukakan plato dalam salah satu dialognya yang terkenal, yakni phiilebus. Disini dinyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Yang dimaksud sederhana adalah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi batasan yang lebih sederhana lagi. Pada pandangan pertama, yang indah itu dilepaskan dari pengalaman jasmani. Keindahan dalam pengertian hidup sehari-hari adalah tingkat dua saja. Keindahan sesungguhnya hanya ada di dunia idea, sedangkan pandanagn plato yang kedua, yang indah itu tidak dilepaskan dari pengalaman inderawi yang membangun pengalaman estetis dan keindahan dalam pengertian sehari-hari.
Pandangan yang kedua ada dalam Philebus. Disana dinyatakan bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang paling sederhana, warna yang sederhana. Yang dimaksud dengan ‘sederhana’ ialah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang lebih sederhana lagi. Oleh karena itu keindahan bersifat terpilah-pilah baik dalam alam maupun dalam karya seni.
Pandangan plato yang kedua ini mempunyai keistimewaan karena tidak melepaskan diri dari pengalaman inderawi yang merupakan unsure konstitutif dari pengalaman estetis dan keindahan dalam pengertian sehari-hari.
Bagaimana hubungan antara dunia atas dan dunia bawah? Menurut plato, antara dunia atas dan bawah terdapat hubungan timbal balik. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui tiga kata kunci:
1.      Paradigma: dunia atas menjadi contoh, prototype, pola, bagi dunia bawah.
2.      Hadir pada: dunia atas selalu hadir pada (presence) dunia bawah.
3). Partisipasi: dunia bawah mengambil bagian (berpartisipasi) di dunia atas.
b.      Karya Seni.
Plato menyatakan sikapnya terhadap karya seni, terutama dalam karyanya yang terbesar yaitu politea (republik). Dalam penilaiannya ada dua unsur: yang satu teoritis dan kedua praktis.
Unsur teoritis menyatakan bahwa: segala kenyataan yang ada di dunia ini merupakan tiruan (mimesis) dari yang asli yang terdapat di dunia idea dan jauh lebih unggul daripada kenyataan di dunia ini. Karya seni merupakan tiruan dari (mimesis memeseos). Oleh karena itu plato menilai rendah karya seni. Tafsiran plato tentang karya seni sebgai tiruan dari kenyataan yang ada di dunia ini tidak hanya jauh dari pandanagn karya seni dewasa ini, tetapi sudah pada jaman plato dan dalam karyanya sendiri mengalami kesulitan, mungkin karya seni rupa dan sebagian karya sastra, bisa ditafsirkan sebagai tiruan dari kenyataan, tetapi karya seni music amat sulit di tafsirkan.
Jadi menurut plato, karya seni adalah tiruan dari kenyataan yang ada di dunia ini (kecuali music), jadi jauh dari kebenaran sejati. Itulah sebabnya kemapa ia menyebut karya seni sebagai tiruan dari (mimesis memeseos). Plato memiliki dua kebertan terhadap karya seni. Pertama, karena karya seni menirukan sesuatu di dunia ini, yang sebenarnya sudah merupakan tiruan dari dunia idea. Jadi, karya seni adalah tiruan dari tiruan artinya tiruan dua tingkat. Itulah sebabnya mengapa menurut Plato, seni tidak baik untuk dijadikan sebagai sumber pengetahuan.
Bagi plato, hanya filsafatlah yang pantas menjadi sumber pengetahuan, kebijakan dan moral.
Keberatan plato terhadap seni terkait dengan pengaruh buruk seni terhadap masarakat. Seni memberi pengaruh bagi penonton dan masarakat. Mengapa? Karena, hakikat seni bersifat emosional. Plato menantang karya sastra dan drama, karena dalam drama banyak terdapat adegan adegan yang kurang baik dipertontonkan dan akan menjauhkan warga Negara dari tugasnya membangun Negara. Baginya, pusi itu prosesnya irasional dan kurang control terhadap akal, sehingga akan member pengaruh buruk pada penontonnya.
3.      Estetika Aristoteles
Sebagai murid plato, Aristoteles mengemukakan beberapa pandangan yang mirip dengan ajaran sang guru, tetapi sudut pandangnya berbeda. Mengapa? Karena Aristoteles menolak dunia idea Plato sebagai sumber pengetahuan. Sumbangan utama Aristoteles bagi estetika diuraikan dalam buku Poetika (poetics).
a)       Keindahan
Pandangan Aristoteles tentang keindahan agak dekat dengan pandangan kedua dari plato: keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini, menurut Aristoteles menyangkut benda-benda alam maupun untuk karya seni buatan manusia.[9]
b)      Karya Seni.
Pandangan Aristoteles tentang ini mirip dengan Plato: karya seni adalah sebuah tiruan (imitasi), yakni tiruan dari dunia alamiah dan dunia manusia. Bagi Aristoteles, seni tidak hanya tiruan dari benda yang ada dari alam, tetapi lebih sebagai tieuan dari sesuatu yang universal. Aristoteles tidak setuju dengan penilaian negative Plato atas karya seni, karena dia berpendapat bahwa bentuk-bentuk (form) tidak terpisah dari dunia inderawi, karenanya dia tidak memiliki keberatan terhadap dunia inderawi dan seni yang meniru dunia inderawi. Maksud ini sudah jelas, karena pertam-tama minat aristoteles bukan seni rupa melainkan seni drama dan musik.
Aristoteles cukup panjang lebar memeriksa dan memerinci segala syarat yang harus dipenuhi agar suatu tragedi menjadi karya seni yang sempurna. Yang sangat diperhatikan adalah pandangan pokok Aristoteles yang mendasari syarat-syarat itu, yaitu pandangannya tentang “khatarsis” artinya pemurnian, yang diasalkan dari kata “khatarus” artinya murni atau bersih. Menurut Aristoteles, khatarsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Segala peristiwa, pertemuan, wawancara, keberhasilan, dan kegagalan serta kekecewaan harus di susun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak logis, tetapi juga seolah-olah tak terduga. Pada saat itulah khatarsis terjadi secara tiba-tiba: seakan-akan segala masalah dan kejadian yang muncul bertimbun dalam peran-peran utama dan dalam diri penonton tiba-tiba pecah atau mencair, tak jarang in terjadi secara mengharukan.
Teori khatarsis Aristoteles ini sangat berpengaruh dalam filsafat seni, terutama dalam teori drama. Biasanya khatarsis diharapkan terjadi pada diri penonton dan kemudian dibawanya pulang sebagai pemahaman yang lebih mendalam tentang manusia, sebagai pembebasan batin sebagai pengalaman penderitaan. Dengan demikian, khatarsis ini memiliki makna “terapeutik”, bahkan sering sekali terdapat unsure penyesalan dan perubahan, semacam pencerahan atau pertobatan dalam pengalaman religius.
Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat.
Aristoteles memandang estetika sebagai "the poetics" yang terutama merupakan kontribusi terhadap teori sastra daripada teori estetika. Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama yaitu membuat konklusi bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam. Aristoteles juga mengembangkan teori "chatarsis" sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat Plato. Chatarsis, dalam bentuk kata Indonesia "katarsis" adalah penyucian emosi-emosi menakutkan, menyedihkan dan lain-lain.













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
·         Keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, atau elok. Indah sama dengan “beauty” (bahasa Inggris), “Beau” (bahasa Perancis) atau “Bello” (bahasa Italia). Keindahan dapat diartikan secara artistik, terbatas, dan luas. Kesimpulan Pengertian kata seni yang berarti: "ketrampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan atau proses belajar yang menghasilkan karya yang indah". Sesuatu karya yang dibuat (diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, ukiran-ukiran dsb.
·         Keindahan merupakan jalan menuju kontemplasi. Pandangan ini Nampak dalam pemikiran Socrates, Plato, dan Aristoteles. Keindahan itu sendiri di anggap ada di luar dan subyek, biasanya dengan penekanan bahwa keindahan itu ada di “seberang’. Perhatian akan apa yang secara empiris terjadi didalam diri si subyek termuat dalam pandangan Aristoteles, yang kedua-duanya menyajikan penyelidikan terhadap pengalaman manusia secara aposteriori-empiris.


B.     KRITIK DAN SARAN











DAFTAR PUSTAKA

http://www.psrpgsdstkippgritulungsgung.blogspot.com (di unduh tanggal 30 September 2015)
kehidupan.html (di unduh tanggal 30 September 2015)